Gaza, 22 Juli 2025 – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dikabarkan sangat murka atas tindakan brutal pasukan Israel yang menyerang warga sipil Gaza saat sedang mengantre bantuan kemanusiaan. Serangan itu menyebabkan lebih dari 90 orang tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyampaikan bahwa Presiden Trump sama sekali tidak menginginkan situasi Gaza memburuk seperti sekarang. “Presiden tak pernah suka melihat itu. Dia ingin pembunuhan ini segera berakhir dan ingin menegosiasikan gencatan senjata,” jelas Leavitt dalam pernyataannya, dikutip dari Times of Israel.
Trump juga menegaskan bahwa pembebasan seluruh sandera di Gaza menjadi prioritas utama pemerintahannya. Meski mengusulkan proposal damai antara Israel dan Hamas, banyak kritik mengarah pada usulan tersebut yang dinilai lebih berpihak kepada Israel dan mengabaikan hak-hak warga Palestina.
Salah satu gagasan yang paling kontroversial adalah pemindahan paksa warga Gaza dari tanah kelahiran mereka. Usulan ini mendapat kecaman luas dari komunitas internasional, dianggap sebagai bentuk pembersihan etnis.
Selain itu, Trump menyatakan keprihatinannya atas kondisi kelaparan yang melanda warga Gaza. Leavitt menyebut, “Presiden benci melihat gambar perempuan dan anak-anak yang kelaparan. Ia ingin bantuan kemanusiaan disalurkan secara damai tanpa jatuh korban, dan memastikan bantuan tidak dimanfaatkan oleh Hamas.”
Sebelumnya, Israel melancarkan serangan mematikan terhadap warga Gaza yang sedang mengantre bantuan, dengan dalih menjaga ketertiban. Akibatnya, lebih dari 90 warga sipil tewas dalam insiden tersebut.
Selama agresi yang berlangsung, Israel juga diketahui kerap menyerang kerumunan warga sipil lainnya. Hingga saat ini, Israel telah membunuh lebih dari 58.000 warga Palestina serta menghancurkan fasilitas publik dan tempat tinggal warga di Gaza.